Tanggal : 02/14/2022, 14:28:13, dibaca 1511 kali.

MAF 2022: SMART HYDROPONIC, SOLUTION FOR CLIMATE CHANGE


Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berulang kali mengingatkan bahwa budidaya tanaman hidroponik, yang kini marak di masyarakat perkotaan menjadi langkah positif mendukung ketahanan pangan nasional.


"Pertanian perkotaan atau melalui budidaya tanaman sistem hidroponik, selain bisa menambah pendapatan juga mendukung langkah pemerintah dalam rangka ketahanan pangan," kata Mentan Syahrul.


Sementara Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, menambahkan, pertanian sistem hidroponik tak membutuhkan lahan yang luas. Dia meminta penyuluh untuk menggenjot pertanian sistem hidroponik yang berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas.


"Tren hidroponik ini harus terus dikembangkan didukung dengan teknologi, yang didorong sosialisasinya oleh penyuluh melalui Kostratani," katanya.


Pertanian adalah sektor terpenting, kata Dedi, untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat sekaligus menjaga stabilitas nasional. Seiring perkembangan zaman, semua pihak diminta aktif mengembangkan pertanian berbasis teknologi atau smart farming.


Maka guna mendukung hal di atas, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), kembali menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF) edisi ke-XVIII, Sabtu (12/2/2022).


Tentunya kegiatan MAF ini di fasilitasi oleh Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan, yang kali ini dilaksanakan oleh SMK-PP Negeri Banjarbaru selaku Unit Pelaksana Teknis Kementan dengan mengangkat tema “Smart Hydroponic: Solution for Climate Change”.


Edisi MAF kali ini mengundang pemateri dari para petani bidang pertanian yang juga Duta Petani Milenial dari Kalimantan Timur, dan Instruktur dari Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Jawa Barat.


Hadir Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, memberikan arahan serta membuka MAF ini menyampaikan bahwa hodroponik farming merupakan salah satu dari smart farming.


Dedi Nursyamsi mengatakan, "Pertanian Hidroponik adalah solusi untuk climate change karena hidroponik ini tidak membutuhkan lahan yang luas, jadi tidak ada istilah kebanjiran atau kekeringan", terangnya.


"Pertanian itu bisa dilakukan dimana saja, tidak harus di pedesaan saja tapi di perkotaan, di halaman sempit pun bisa, itu dinamakna urban farming, dan yang paling cocok adalah dengan Hidroponik", papar Dedi Nursyamsi.


Turut hadir dan melaporkan kegiatan  Kepala SMK-PP N Banjarbaru, Budi Santoso menyampaikan, "MAF kali ini memilih tema ini karena bidang pertanian merupakan bidang yang masih eksis di masa pandemi dan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia", Ujarnya.


"Selain itu tantangan perubahan iklim yang semakin nyata seperti hujan deras, banjir, kebakaran ataupun kemarau panjang dapat di akali dengan hidroponik dan ditambah dengan teknologi smart farming, jelasnya


Di tambahkan Kepala Pusat Pendidikan Kementan (Pusdiktan), Idha Widi Arshanti, "Adanya MAF ini diharapkan petani milenial ataupun calon petani bisa menimba ilmu dan manfaat, serta dapat mengajak dan mengarahkan ke pertanian yang lebih modern dan bijak", Paparnya.


Pelaksanaan MAF oleh SMK-PP N Banjarbaru pertama di 2022 ini diikuti peserta dari berbagai usia dan kalangan, baik dari petani milenial seperti siswa, mahasiswa, ada juga dari umum, DPM, Guru, Dosen, BPP, Petani, fasilitator dan masih banyak lagi.


Tim Ekpos SMK-PP Negeri Banjarbaru